Minggu, 05 April 2020

Belajar Dari Seekor Burung Kecil


Lama banget dah ga pernah nulis,, bisa dibilang jadi rada kaku untuk menuangkan kata-kata dalam sebuah tulisan. Tapi jika semuanya tak pernah tertuang, akan menjadi apa hidup ini, hampa..hihi..
Ada satu kisah yang benar-benar mengena dalam hidupku ini. Kisahnya kurang lebih seperti ini. Di suatu waktu ada seekor burung kecil bersama keluarga dan saudaranya. Ketika beranjak dewasa saudaranya berlatih untuk terbang, walaupun dengan tertatih-tatih mereka berusaha untuk terbang dan lambat laun mereka semua bisa terbang.
Lalu apa yang terjadi dengan satu burung, ia tidak berusaha untuk terbang. Ketika saudaranya sibuk belajar untuk terbang, ia hanya diam saja dan tak peduli apa yang dikerjakan oleh saudara-saudaranya yang lain. Hingga suatu ketika pada saat mereka akan pergi, si burung kecil merasakan sayapnya kaku tak bisa digerakkan. Ia berusaha keras mengepakkan sayapnya tetap saja sia-sia usaha yang ia lakukan.
Burung kecil itu hanya bisa terdiam meratapi nasibnya. Ia tak pernah bisa memutar kembali waktu untuk membalikkan keadaan. Ia pun hidup dengan ketidakmampuannya untuk terbang dan menyesali hal yang dilakukannya dulu.
Cerita di atas sedikit menyentil diriku,,hehe.. Memang penyesalan itu ga akan pernah terjadi di awal, pastinya di akhir. Tapi gimana caranya supaya kita membuat penyesalan itu menjadi kekuatan kita untuk menjalani hari ke depannya.. Banyak hal yang dulu memang enggan sekali kulakukan tetapi hal itu jadi salah satu hal terpenting. Untungnya aku belu terlambat dan bisa memperbaiki semua walaupun dilakukan di tengah-tengah.

Rabu, 09 Oktober 2019

Jangan Salahkan Ibadahnya Tapi salahkan makhluknya

Pernah ada sebuah pertanyaan menarik. Mengapa ada sebagian orang yang rajin beribadah di masjid, atau pun rajin mencari ilmu agama bahkan sebagiannya menyampaikan ilmu, tetapi sikap dan perilakunya tidak seindah ibadah atau ilmu yang dimilikinya?
Misalnya ada suami yang rajin salat dan saum, tapi rajin pula berbuat dosa. Ada yang berjilbab bagus dan lebar, tapi kelakuannya masih berghibah, fitnah, juga mencuri. Ada ibu yang rajin pergi ke majelis taklim, tapi sepertinya tetap tidak membaik akhlaknya. Atau, kata anaknya, Bapak saya kalau berdebat tentang dalil luar biasa, tapi emosional.
Contoh lain, ada yang suka berceramah tapi sikapnya jauh dari apa yang diceramahkan. Atau seperti ada yang bilang, Dia itu ustaz tapi kok suka maksiat! Ada juga yang akrab dengan al-Quran, bahkan hafal sebagian al-Quran, tapi terus saja melakukan hal-hal yang sudah diperingatkan di dalam al-Quran.
Juga ada yang dekat dengan ulama atau tinggal di pesantren bertahun-tahun, tapi akhlaknya tetap tidak membaik. Pergi ke pengajian seperti makan obat (tiga kali sehari), dekat dengan sumber ilmu dan dekat dengan masjid, tapi tetap saja tidak jujur. Atau, malah ada yang menjadi pengurus masjid sekaligus menjadi pencuri uang masjid.
Nah, terus terang Aategang membahas persoalan ini. Sebab saat membahasnya,Aajuga sambil memikirkan kelakuan Aa sendiri. Tetapi karena hal ini amat penting bagi masing-masing diri kita, mari kita coba melihat tiga hal yang menyebabkannya.
Pertama, hatinya memang cinta dunia. Sehingga ilmu agama dan ibadahnya itu untuk mendapatkan dunia yang ia inginkan. Rajinnya beribadah atau mencari ilmu bukan untuk mencari kedudukan di sisi Allah SWT, tapi untuk mencari kedudukan di depan orang/makhluk.
Seperti yang rajin ibadah di hatinya ingin dianggap saleh atau salehah, dipuji sebagai ahli masjid, dikagumi sebagai aktivis pengajian, hijabers dan sorbanbers. Demikian dengan yang rajin mencari ilmu, karena di hatinya ingin dianggap sebagai orang yang paham agama, mendapat gelar sarjana keagamaan, dipanggil ustaz atau ustazah, hafiz dan hafizah, dan sebagainya.
Ibadah dan ilmu yang diupayakan tidak ada urusan dengan ridhoAllah SWT, tapi untuk mencari kedudukan di sisi makhluk. Di hatinya adalah pencari dunia dengan amalan akhirat. Padahal Allah sudah pasti mengetahui. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (QS. al-Mulk [67]: 13)
Kalau kita bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mencari ilmu untuk meraih ridho-Nya, maka Allah sudah berjanji dalam surat al-Ankabt [29] ayat 69,Dan orang yang bersungguh-sungguh untuk mencari keridhoan Kami, Kami akan menunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.Kalau Allah sudah menuntun kita, ilmu dan ibadah pun akan berbuah akhlak yang baik.
Oleh sebab itu, saudaraku, mari kita berhati-hati. Jangan mudah merasa senang disebut ustaz, ustazah, saleh, salehah, dan sebagainya. Misalkan ada yang dipanggil hafiz atau hafizah, langsung berkembang biak hidungnya (bangga). Yang begini sudah cinta dunia namanya. Padahal Allah mengetahui kalau dia tidak hafal semuanya. Dari yang dihafal sebagiannya juga sudah lupa, sedang yang masih hafal belum diamalkan.
Seharusnya ketika dipanggil hafiz atau hafizah, kita malu luar biasa di hadapan Allah SWT. Bukan sebaliknya, malah merasa puas dengan sebutan itu. Hal ini bukan berarti tidak boleh dipanggil hafiz atau hafizah. Tetapi jangan sampai kita termakan olehnya, sehingga sebutan hafiz atau hafizah menjadi tujuan menghafal al-Quran.
Kedua, merasa mengamalkan dengan mengetahui. Maksudnya seakan-akan kita sudah mengamalkan ketika tahu ilmunya. Misal ada yang tahu ilmu tentang sedekah, lalu ia mengajak orang-orang, Ayo dong sedekah! Bahkan sampai berkeliling mengumpulkan, tapi ia sendiri tidak bersedekah. Iamerasa sudah beramal dengan ilmunya.
Saudaraku. Sekarang ini, yang begini amatlah banyak. Seperti ada yang langsung merasa saleh setelah lulus pesantren. Atau, lulus IAIN maupun sekolah sarjana agama Islam lainnya, yang dengan pengetahuan agamanya selama kuliah tiba-tiba merasa berbeda dengan yang bukan sarjana agama. Padahal titel sarjana agama itu menurut kampus, santri itu menurut pesantren, sedangkan dalam pandangan Allah SWT berbeda lagi urusannya.
Kita harus berhati-hati dengan penyebab kedua ini. Kita kadang merasa sudah beramal dengan tahu ilmunya, padahal inilah titik lemahnya. Bahwa iman itu baru menguat kalau ilmu diamalkan. Ilmu yang diketahui harus kita mujahadahkan untuk diamalkan. Bila tidak, jadilah kita orang yang berilmu dan ibadahnya sepertinya rajin, tapi akhlaknya buruk.
Contoh, setelah kita mendapat hadis tentang senyum, mujahadahkanlah senyum kita. Saat dapat hadis tentang menahan amarah akan diberi surga, maka tahan dan kendalikan amarah kita dari hari ke hari. Jangan malah setelah membaca tulisanini misalnya, saudara berkata, Benar Aa, tapi kini saya sudah saleh sungguhan dibanding mereka yang belum membaca ini. Padahal mujahadahnya saja belum.
Mujahadah itu kesungguhan kita untuk mengamalkan. Misalkan kita punya ponselyang ada internetnya, dan suka dipakai untuk melihat pornografi. Maka mujahadahnya adalah tidak usah lagi membeli kuota internet, atau sekalian ponseldiganti dengan yang tidak ada internetnya sampai sudah disiplin tidak membuka yang begitu. Di samping melatih diri untuk lebih rajin pergi ke masjid. Bukan mujahadah kalau hanya tobat, tapi fasilitas yang bisa dipakai maksiat tetap kita siapkan sehingga bisa kembali mencari peluang.
Jadi, saudaraku. Ayo kita bermujahadah untuk mengamalkan ilmu yang didapat. Kurang mujahadah mengamalkan ilmu akan membikin mendadak merasa saleh dengan gelar atau ilmu yang diketahui. Sehingga akhlak pun memburuk, berbanding terbalik dengan ilmu yang dimiliki.

Yang ketiga, ujub. Ujub merupakan faktor yang paling fatal. Sebagaimana sabda Rasulullah saw dalam hadis riwayat Imam ath-Thabrani, bahwa ada tiga hal yang membinasakan, yaitu,Satu, kekikiran yang dituruti; dua, nafsu yang diperturutkan; dan yang ketiga adalah ujub.
Dalam hadis riwayat Imam al-Baihaqi, Rasulullah saw juga mengingatkan bahwa bagi orang yang berharap ampunan Allah SWT, maka dia akan mendapat rahmat-Nya. Tetapi bagi orang yang ujub, dia akan mendapat murka-Nya.
Demikian dengan yang berilmu. Dengan ilmunya dia melihat orang lain bodoh semua. Yang ini sesat, yang ini bidah! Kasihan, mereka yang bodoh-bodoh ini akhirnya juga harus masuk neraka. Padahal ilmu itu tidak ada apa-apanya bila tidak berbuah akhlakul kharimah. Ilmu tidak ada artinya bila tidak berbuah takut kepada Allah, Pemilik segala-galanya.
Orang yang ujub itu tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Sehingga omongannya juga cenderung tidak nyaman. Walaupun berdakwah, dengan ketidaknyamanannya dia akan menumpahkan nafsu dalam kata-katanya. Orang yang mendengarkan pun tidak nyaman, kecuali yang penyakitnya sama.
Dalam berdakwah ada ujubnya sendiri. Seperti ada yang merasa seakan-akan jadi mulia dengan banyaknya jemaah yang datang. Padahal belum tentu, karena konser-konser musik malah sampai puluhan dan ratusan ribu penontonnya. Sangat bisa jadi ulama yang santrinya hanya dua orang, derajatnya tinggi sekali di sisi Allah. Disebabkan ulama itu ikhlas, hanya mengharap ridho-Nya.
Sebagaimana dalam sebuah hadits qudsi disebutkan tentang orang yang terbunuh di medan juang dan merasa dirinya berjihad. Tetapi tidak diterima oleh Allah, karena hatinya ingin disebut pejuang atau pahlawan. Begitu dengan yang berdakwah ataupun yang hafal al-Quran. Dakwah dan hafalannya tidak diterima Allah, tapi malah jadi ahli neraka. Karena hatinya ingin disebut hafiz atau hafizah yang mengesankan, atau ustaz keren yang menggetarkan jiwa yang tabligh akbarnya dipenuhi lautan manusia.
Nah, saudaraku. Demikian tiga hal yang menyebabkan ada yang rajin beribadah atau berilmu, tapi akhlaknya tetap tidak indah. Semuanya itu karena memang bukan Allah yang menjadi tujuan ia beribadah dan mencari ilmu. Tanpa menjadikan Allah sebagai tujuan, mau seberapa banyak ilmunya dan seberapa rajin pun ibadahnya, akhlaknya tetap tidak berubah.
Walaupun hebat dakwahnya atau lancar hafalan al-Qurannya, kelakuannya tetap tidak sesuai dengan yang diucapkan. Walau puluhan tahun tinggal di pesantren, jadi pengurus masjid, atau ikut pengajian, tetap saja pembohong, mencuri, suka berghibah dan maksiat. Walau seumur hidup jadi pengurus zakat, atau penulis dan penyetak anjuran sedekah, infakdan wakaf, tapi tetap pelit dan berhati miskin. Karena tujuannya memang bukan meraih ridho Allah.
Bila Allah yang menjadi tujuan, yang dicari pasti kedudukan di sisi-Nya. Betapa dunia sudah tidak menarik. Yang dirindukan adalah ampunan dan rahmat-Nya. Penuh harap bisa pulang khusnul khatimah, dan bisa bertemu dengan-Nya di akhirat. Kalau Allah sudah memenuhi hati, yakinlah bahwa hidup pasti dituntun oleh Pencipta, Penguasa lagi Penentu segala-galanya.
Jadi, setelah membaca tulisanini, mari periksa hati kita masing-masing. Sudah benarkah tujuan kita dalam beribadah dan mencari ilmu selama ini? Benarkah Allah SWT yang menjadi tujuan hidup kita?

*Semoga sepanggal wacana ini dapat bermanfaat buat kita semua*



Jumat, 02 Juni 2017


Kasih Sayang Nabi
Terhadap orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kekerabatan saja, Nabi memiliki rasa kasih dan belas kasihan. Padahal mereka menolak dakwah Islam. Mereka senantiasa merenyakiti Nabi secara fisik dan psikis. Seorang saja yang menerima dakwahnya, bagi beliau lebih berharga dari dunia dan seisinya.
عن أبي موسى، عن النبيِّ صلى الله عليه وسلم، قال: «إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللهُ بِهِ، كَمَثَلِ رَجُلٍ أَتَى قَوْمًا فَقَالَ: يَا قَوْمِ، إِنِّي رَأَيْتُ الجَيْشَ بِعَيْنَيَّ، وَإِنِّي أَنَا النَّذِيرُ العُرْيَانُ[2]، فَالنَّجَاءَ، فَأَطَاعَهُ طَائِفَةٌ مِنْ قَوْمِهِ، فَأَدْلَجُوا، فَانْطَلَقُوا عَلَى مَهَلِهِمْ فَنَجَوْا، وَكَذَّبَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ، فَأَصْبَحُوا مَكَانَهُمْ، فَصَبَّحَهُمُ الجَيْشُ فَأَهْلَكَهُمْ وَاجْتَاحَهُمْ، فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ أَطَاعَنِي فَاتَّبَعَ مَا جِئْتُ بِهِ، وَمَثَلُ مَنْ عَصَانِي وَكَذَّبَ بِمَا جِئْتُ بِهِ مِنَ الحَقِّ»
Dari Abu musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaanku dan perumpamaan apa-apa yang Allah utus aku dengannya seperti seorang yang mendatangi suatu kaum, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku, sesungguhnya aku melihat pasukan musuh dengan mata kepalaku dan sesungguhnya aku pengancam yang nyata, maka marilah menuju kepada keselamatan. Sebagian dari kaum itu mentaatinya, lalu mereka masuk pergi bersamanya, maka selamatlah mereka. Sebagian dari mereka mendustakan. Pagi-pagi mereka diserang oleh pasukan musuh lalu mereka dihancurkan dan diluluhlantakan. Demikianlah perumpamaan orang-orang yang taat kepadaku dan mengikuti apa yang aku bawa dan perumpamaan orang-orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa.” (HR. Muslim, Kitab al-Fadhail, 2283).
Demikian perhatian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang-orang yang mendustakan dan menentangnya. Tentu dengan orang yang sangat dekat, lebih-lebih sayang dan perhatian lagi. Apalagi orang terdekat itu begitu berjasa dalam hidupnya. Orang dekat itu memiliki hubungan darah. Bukan lagi seperti seorang keponakan dengan paman. Tapi, lebih mirip antara seorang anak dengan ayah. Abu Thalib-lah yang menanggung hidup Nabi setelah kakeknya, Abdul Muthalib, wafat. Mulai dari usia 8 tahun hingga lebih dari 40 tahun.

semoga bermanfaat,,,


Read more http://kisahmuslim.com/5876-wafatnya-abu-thalib-kesedihan-mendalam-bagi-rasulullah.html

Kamis, 07 April 2016

pratikum farmakologi "efek diare"



LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
EFEK DIARE



    OLEH :

ANCU SUGIANTO                     PO.713251141053     
ADELYA                                      PO.713251141051     
ANITA ULANDARI                   PO.713251141055
ASMIAH                                       PO.713251141057
AYU HARTINA                           PO.713251141059
EVA IRIANA                                PO.713251141061
HAERUL                                      PO.713251141063
HASMIRA ANDIKA PURTI     PO.713251141065

KELOMPOK            : BI / 1
            TANGGAL              : Selasa, 05 April 2016-04-05
PEMBIMBING         : Drs. H. Ismail Ibrahim, M.kes.,Apt
       
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMEMKES MAKASSAR
2 0 15 / 2016

BAB I
PENDAHULUAN
I.1  LatarBelakang
Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis (darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, Karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas dari pada orang dewasa.
Telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji, lodia, immodium memiliki khasiat sebagai antidiare. Mengingat bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh diare, maka penelitian mencari ekstrak daun jambu biji yang lebih efektif sangat penting untuk mencapai sasaran penanganan diare.
Dalam percobaan ini efektivitas suatu obat sebagai anti diare, berdasarkan aktivitas antimikroba, konsistensi feses, berat feses, waktu diare, dan uji waktu lintas usus.


I.2  Tujuan Percobaan
1. Mengetahui efek anti obat diare suatu obat
2. Mengetahui mekanisme kerja terjadinya diare terhadap hewan uji
1.3 Prinsip Percobaan
Pengujian aktivitas anti diare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses, dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat dan lodia yang dapat memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proi terhadap diare oleh oleum ricini.
















 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1  Dasar Teori
Diare akut adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair volumenya lebih banyak dari biasanya (>200 ml/24 jam), frekuensinya >3 kali/hari, berlangsung mendadak dan kurang dari 2 minggu.
Menurut World Gastroenterology Organisationglobal guidelines 2005 pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal, berlangsung <14 hari. Diare kronik diare yang berlangsung >15 hari. Diare persisten diare yang berlangsung antara 15-30 hari, dimana diare kronik yang dianut >30 hari (4 minggu). Diare infektif bila penyebabnya infeksi. Diare organic bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab fungsional. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diarea kut :
a.       Lingkungan® kebersihan lingkungan dan perorangan
b.      Gizi® pemberian makanan
c.       Kependudukan® insiden diare pada daerah kota yang padat/ kumuh
d.      Pendidikan® pengetahuan ibu
e.       Perilaku masyarakat® kebiasaan - kebiasaan, dan 
f.       Sosial ekonomi

Etiologi 
1)      Faktor infeksi 
a)      Infeksi enteral® infeksi pada GIT (penyebab utama)
·         Bakteri : Vibrio cholerae, Salmonella spp, E. coli dll 
·         Virus : Rotavirus (40-60%), Coronavirus, Calcivirusdll
·         Parasit: Cacing (Ascaris, Oxyuris,dll), Protozoa (Entamobahistolica, Giardia Lambia, dll) Jamur (Candida Albicans).
b)      Infeksi parenteral®infeksi di luar GIT (OMA, BP, Ensefalitis,dll)
2)      Faktormalabsorbsi : KH, Lemak,
3)      Faktormakanan :basi/ beracun, alergi
4)      Faktorpsikologis :takutdancemas
Menurut World Gastroenterology organisation global guidelines 2005: 
a.       Bakteri
b.      Virus
c.       Parasite
d.      Non-infeksi
Patofisiologi
a.       VIRUS masuk® enterosit (selepitel usus halus)® infeksi & kerusakan fili usus halus 
b.      Enterosit rusak diganti oleh enterosit baru® fungsi belum baik.
c.       Fili usus atropi® tidak dapat mengabsorbsi makanan & cairan dagan baik Tek Koloid Osmotik­® motilitas­® DIARE
d.      BAKTERI NON INFASIF (Vibrio cholerae, E. coli patogen) masuk® lambung® duodenum® berkembang biak® mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lap lendir)® bakteri masuk kemembran® mengeluarkan subunit A & B® mengeluarkan (cAMP)® meransang sekresi cairan usus, menghambat absobsi tampa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut® volume usus­® dinding usus teregang® DIARE.
e.       BAKTERI INFASIF (Salmonella spp, Shigellaspp, E. coli infasif, Champylobacter) ® prinsip perjalanan hamper sama, tetapi bakteri ini dapat menginvasi sel mukosa usus halus® reaksi sistemik (demam, kramperut) dan dapat sampai terdapat darah.
II.2 Uraian Bahan
a.       Aquadest (FI edisi III hal. 96)
Nama resmi          : AQUA DESTILLATA
Nama lain             : Air suling
Pemerian              : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan        : Dalam wadah tertutup baik.
b.      Oleum Ricini (FI edisi III hal. 459)
Nama resmi           : OLEUM RICINI
Nama lain              : Minyak jarak
Pemerian               : Cairan kental, jernih,kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas, umumnya memualkan.
Kelarutan              : Larut dalam 2,5 bagian etanol (90%) P; mudah larut dalam etanol mutlak p dan dalam asam asetat glasial P.
Penyimpanan         : Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh
Khasiat                  : Laksativum
c.       Loperamid Hidroklorida (ISO FARMAKOTERAPI BUKU I hal. 323)
Indikasi                 : tambahan terapi dehidrasi pada diare akut pada dewasa dan anak-anak lebih 4 tahun.
Kontraindikasi      : krem abdomen dan reaksi kulit termaksuk urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung.
Dosis                     : diare akut, dosis awal 4 mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang air besar. Diare kronik pada dewasa, dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari 16 mg sehari. Pemerian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan atau perubahan setelah 48 jam.
Sedian yang digunakan di Lab FARMAKOLOGI adalah sedian Lodia.




d.      Daun Sambiloto
Kerajaan                : Plantae
Ordo                      : Lamiales
Famili                    : Acanthaceae
Genus                    : Andrographis
Spesies                  : A. Paniculata
Morfologi
Batang sambiloto berkayu, berpangkal bulat, berbentuk segi empat saat muda dan bulat setelah tua, percabangan monopodial, dan berwarna hijau. Daun kecil-kecil berbentuk lanset, pangkal rata, permukaan berwarna hijau tua, tepi tidak bergerigi. Bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai. Buah berbentuk jorong kecil, bila tua akan pecah menjadi 4 keping. Bunganya berwarna putih atau ungu dan berbunga sepanjang tahun. Buah yang dihasilkan berbentuk memanjang sampai jorong, sedang bijinya berbentuk gepeng.
II.3 Klasifikasi Mencit (Musmusculus)
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Class                : Mamalia
Subclass          : Cheria
Ordo                : Rhodentia
Famili              : Muridae
Genus              : Mus
Spesies            : Musmuscul




















BAB III
METODE KERJA

III.1 AlatdanBahan
III.1.1 Alat yang digunakan
a.       Spoit oral
b.      Timbangananalitik
c.       Tissu
d.      Kertassaring
e.       Gelaspiala
f.       Spidol
III.1.2 Bahan yang digunakan
a.       Aquadest
b.      Infus Daun Sambiloto
c.       Lodia
d.      Mencit
e.       Oleum Ricini





III.2 Cara Kerja
III.2.1 Penyiapan hewan uji
a.       Dipilih hewan uji berupa mencit yang sehat, yang telah dipuasakan sebelum di uji
b.      Diberikan tanda pada ekor hewan uji dengan spidol yang tidak dapat menghilangkan tanda tersebut sesuai dengan replikasi dan perlakuan.
c.       Ditimbang hewan uji tersebut pada timbanganan analitik.
III.2.2 PenyiapanBahan
a.       Pembuatan sediaan obat (Loperamide / Lodia)
1)      Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2)       Diambil tablet, digerus halus lalu dilarutkan dengan suspense Na.CMC
b.      Pembuatan infuse daun daun sambiloto
1)      Disiapkan alat dan bahan yang akandigunakan.
2)      Daun Sambiloto dipotong kecil-kecil kemudian ditimbang sebanyak 20 gram
3)      Direbus daun Sambiloto dan dilarutkan dengan air lalu dibuat infuse kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml
III.2.3 Perlakuan terhadap hewan uji
a.       Ditimbang berat badan hewan uji mencit
b.      Diberitanda hewan uji mencit dengan spidol
c.       Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian obat dan kontrol (air)
d.      Dimasukkan kedalam mulut hewan uji dengan spoit oral secara perlahan-lahan, dipastikan obat masuk kedalam saluran pencernaan (bukan di paru-paru), setelah obat sudah masuk ditarik perlahan-lahan spoit tersebut.
e.       Setelah diberikan perlakuan, hewan uji dimasukkan kedalam baskom yang telah dilapisi dengan tissu.
f.       Diamati hewan uji tersebut selama 1 jam.




















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I Hasil Pengamatan
a.       Tabel Pengamatan
Pengamatan
Kolompok
Replikasi Hewan Uji
BB
Dosis
Waktu pengeluaran fases
Frekuensi
Konsistensi
Air
1
15
0,5
3 (lunak)
1
Lunak
2
17,2
0,5
2 (lunak)
1
Lunak
3
25
0,5
36, 37 (lunak), 56, 74, 75 (encer)
5
Encer
Infus
1
16
0,416
52, 54, 60, 61 (encer)
4
Encer
2
17,5
0,44
-
-
-
3
15
0,39 (0,4)
-
-
-
Lodia
1
25
0,3
-
-
-
2
25
0,3
-
-
-
3
32
0,42
58 (keras)
1
Keras





IV.II Pembahasan
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ketujuh ini adalah efek diare dari suatu obat terhadap hewan uji atau mencit (Musmusculus). Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana frekuensi defekasi meningkat abnormal dari keadaan biasanya dengan feses berupa cairan.
Pada percobaan  ini digunakan 9 hewan mencit. Prinsip dari percobaan ini adalah propilakti suatu pencegahan yang artinya hewan uji diberi obat antidiare terdahulu dan setelah itu diinduksi dengan oleum ricini. Antidiare yang diberikan dari kesembilan hewan uji berbeda, hewan uji yang ada tanda spidol III (garis) sebanyak 1 mencit dari tiga kelompok kecil yaitu diberikan loperamid dengan nama dagang yang berbeda, untuk hewan uji yang diberi tanda spidol II (garis) sebanyak 1 mencit dari tiga kelompok kecil diberikan infuse sambiloto, hewan uji yang diberi tanda spidol I (garis) sebanyak 1 mencit dari tiga kelompok kecil diberikan air. Dari kesembilan hewan uji ini diinduksi dengan oleum ricini sebanyak 0,5 ml.
Hasil pengamatan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori, karena ada hewan uji yang meperlihatkan efek diare, dan hanya pada hewan uji yang diberi obat Lodia dengan tanda spidol III (garis) dapat memberikan efek antidiare, pada hewan uji yang diberi tanda spidol II (garis) yang diberikan infus (rebusan daun sambiloto) hanya pada hewan uji yang beratnya 15 mengalami efek antdiare dan pada hewan uji yang beratnya 16 dan 17,5 tidak memberikan efek antidiare, sedangkan pada hewan uji yang diberi tanda spidol I (garis) dengan kontrol air semuanya tidak memberikan efek antidiare.

BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

VI.1  Simpulan
Percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.             Sampel yang digunakan terhadap hewan uji mencit (Musmusculus) yaitu air, infuse, tidak memberikan efek antidiare namun pada lodia dapat memberikan efek antidiare.
2.             Mekanisme terjadinya diare yaitu karena adanya rangsangan terhadap sarafotonom di dindinding usus sehingga mernimbulkan reflex mempercepat pristaltik usus yang dapat ditimbulkan oleh bakteri patogen, keracunan makanan atau merupakan gejala suatu penyakit.
VI.2  Saran
Diharapkan para praktikan hati-hati pada saat pemberian obat terhadap hewan uji agar tidak melukai hewan uji atau hewan percobaan yang digunakan.




DAFTAR PUSTAKA
indijah, S,W,. Nida, K 2006, Panduan Pratikum Farmakologi, Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II
Penuntun Pratikum Farmakolodi, Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi Poltekkes Kesehatan Kemenkes Maakassar, Makassar
Sjarif Amir. 1995.Farmakologi dan Terapi.edisi 4.Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta. Hal. 537-544..
Sjamsiah, S, 2001, Diare, Fakultas Farmasi Unair, Surabaya
Widjajanti. Nuraini V. Dra.2002. Obat-obatan. Cetakan ke-10 Penerbit Kanisius Yogyakarta.    








LAMPIRAN
Diket :
1.      Berat obat                                     = 40 mg
2.      Konfersi                                        = 0,0026
3.      Berat normal rata-rata mencit      = 20 mg
4.      Berat tertinggi mencit                   = 32 g
5.      Volume rebusan                            = 200 ml
6.      Berat badan mencit                       =
a.       25 g (untuk lodia)
b.      15,59 g (untuk infus)
c.       15 g (untuk air)
Perhitungan :
Berat obat х Konfersi = mg / g
→ 40 mg х 0,0026                  = 0,104 mg / 20 g
х 0,104 mg / 20 g         = 0,1664 mg / 32 g
                                                 = 0,4 mg
→ u/ Lodia                               =  х 1 ml = 0,26 ml
                                                  =  х 1 ml  = 10 ml
→ u/ sambiloto                        = V x Konfersi
                                                = 200 ml x 0,0026
                                                = 0,52 ml / g
Perhitungan dosis untuk hewan uji :
1.      Lodia               =  x V
=  x 0,26 ml            = 0,37 ml
2.      Infus                =  x V
=  x 0,52 ml        = 0,6 ml
3.      Air                   =  x V
=  x 0,5 ml = 0,3 ml