LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
MAKASSAR
“EFEK DIARE”
OLEH :
ANCU SUGIANTO PO.713251141053
ADELYA PO.713251141051
ANITA ULANDARI PO.713251141055
ASMIAH PO.713251141057
AYU HARTINA PO.713251141059
EVA IRIANA PO.713251141061
HAERUL PO.713251141063
HASMIRA ANDIKA PURTI PO.713251141065
KELOMPOK : BI / 1
TANGGAL : Selasa, 05 April 2016-04-05
PEMBIMBING : Drs. H. Ismail Ibrahim, M.kes.,Apt
JURUSAN
FARMASI
POLTEKKES KEMEMKES MAKASSAR
2
0 15 / 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
LatarBelakang
Diare adalah defekasi yang sering dalam sehari dengan feses yang lembek atau cair, terjadi karena chymus yang melewati usus kecil dengan cepat, kemudian feses melewati usus besar dengan cepat pula sehingga tidak cukup waktu untuk absorpsi, hal ini menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan, kekurangan kalium (hipokalemia) dan adakalanya acidosis
(darah menjadi asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini sangat berbahaya terutama bagi bayi dan anak-anak kecil, Karena mereka memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-selnya lebih mudah lepas dari pada orang dewasa.
Telah diketahui oleh masyarakat umum bahwa ekstrak daun jambu biji, lodia, immodium memiliki khasiat sebagai antidiare. Mengingat bahaya-bahaya yang
ditimbulkan oleh diare, maka penelitian mencari ekstrak daun jambu biji yang lebih efektif sangat penting untuk mencapai sasaran penanganan diare.
Dalam percobaan ini efektivitas suatu obat sebagai anti diare, berdasarkan aktivitas antimikroba, konsistensi feses, berat feses, waktu diare, dan uji waktu lintas usus.
I.2 Tujuan Percobaan
1. Mengetahui efek anti obat diare suatu obat
2. Mengetahui mekanisme kerja terjadinya diare terhadap hewan uji
1.3 Prinsip Percobaan
Pengujian aktivitas anti diare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses, dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat dan lodia yang dapat memperlambat peristaltic usus,
sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proi terhadap diare oleh oleum ricini.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
Diare akut adalah buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair volumenya lebih banyak dari biasanya (>200
ml/24 jam), frekuensinya >3 kali/hari,
berlangsung mendadak dan kurang dari 2 minggu.
Menurut World
Gastroenterology Organisationglobal guidelines 2005 pasase tinja yang
cair/lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung <14 hari. Diare kronik diare yang berlangsung >15 hari. Diare persisten diare yang berlangsung antara 15-30 hari,
dimana diare kronik yang dianut >30 hari (4 minggu).
Diare infektif bila penyebabnya infeksi. Diare organic bila ditemukan penyebab anatomik,
bakteriologik, hormonal atau toksikologik. Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab fungsional. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian diarea kut :
a.
Lingkungan® kebersihan lingkungan dan perorangan
b.
Gizi® pemberian makanan
c.
Kependudukan® insiden diare pada daerah kota yang padat/ kumuh
d.
Pendidikan® pengetahuan ibu
e.
Perilaku masyarakat® kebiasaan - kebiasaan,
dan
f.
Sosial ekonomi
Etiologi
1) Faktor infeksi
a)
Infeksi enteral® infeksi pada GIT (penyebab utama)
·
Bakteri : Vibrio cholerae, Salmonella spp, E.
coli dll
·
Virus : Rotavirus (40-60%), Coronavirus,
Calcivirusdll
·
Parasit: Cacing (Ascaris, Oxyuris,dll),
Protozoa (Entamobahistolica, Giardia Lambia, dll) Jamur
(Candida Albicans).
b) Infeksi parenteral®infeksi
di luar GIT (OMA, BP, Ensefalitis,dll)
2)
Faktormalabsorbsi : KH, Lemak,
3)
Faktormakanan :basi/ beracun, alergi
4)
Faktorpsikologis :takutdancemas
Menurut World Gastroenterology organisation global guidelines
2005:
a.
Bakteri
b.
Virus
c.
Parasite
d.
Non-infeksi
Patofisiologi
a. VIRUS masuk® enterosit (selepitel usus halus)® infeksi & kerusakan
fili usus halus
b.
Enterosit rusak diganti oleh enterosit baru® fungsi belum
baik.
c.
Fili usus atropi® tidak dapat mengabsorbsi makanan & cairan dagan baik Tek Koloid Osmotik® motilitas® DIARE
d.
BAKTERI NON INFASIF (Vibrio cholerae, E. coli
patogen) masuk® lambung®
duodenum® berkembang biak® mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan
lap lendir)® bakteri masuk kemembran® mengeluarkan subunit A
& B® mengeluarkan (cAMP)® meransang sekresi cairan usus, menghambat absobsi tampa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut® volume
usus® dinding usus teregang® DIARE.
e. BAKTERI INFASIF
(Salmonella spp, Shigellaspp, E. coli infasif, Champylobacter) ® prinsip perjalanan hamper sama, tetapi bakteri ini dapat menginvasi sel mukosa usus halus® reaksi sistemik (demam,
kramperut) dan dapat sampai terdapat darah.
II.2 Uraian Bahan
a.
Aquadest (FI edisi III hal. 96)
Nama
resmi : AQUA DESTILLATA
Nama
lain :
Air suling
Pemerian
: Cairan jernih; tidak
berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik.
b. Oleum Ricini
(FI edisi III hal. 459)
Nama resmi : OLEUM RICINI
Nama lain : Minyak jarak
Pemerian : Cairan kental, jernih,kuning
pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah; rasa manis kemudian agak pedas,
umumnya memualkan.
Kelarutan : Larut dalam 2,5 bagian etanol
(90%) P; mudah larut dalam etanol mutlak p dan dalam asam asetat glasial P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh
Khasiat : Laksativum
c.
Loperamid Hidroklorida (ISO FARMAKOTERAPI BUKU I hal.
323)
Indikasi : tambahan terapi dehidrasi pada
diare akut pada dewasa dan anak-anak lebih 4 tahun.
Kontraindikasi : krem abdomen dan reaksi kulit termaksuk
urtikaria; ileus paralitik dan perut kembung.
Dosis : diare akut, dosis awal 4
mg diikuti dengan 2 mg setelah habis buang air besar. Diare kronik pada dewasa,
dosis awal 4 mg, diikuti 2 mg setiap buang air besar. Dosis tidak melebihi dari
16 mg sehari. Pemerian harus dihentikan bila tidak ada perbaikan atau perubahan
setelah 48 jam.
Sedian yang digunakan di Lab FARMAKOLOGI adalah sedian
Lodia.
d.
Daun Sambiloto
Kerajaan : Plantae
Ordo : Lamiales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : A. Paniculata
Morfologi
Batang
sambiloto berkayu, berpangkal bulat, berbentuk segi empat saat muda dan bulat
setelah tua, percabangan monopodial, dan berwarna hijau. Daun kecil-kecil
berbentuk lanset, pangkal rata, permukaan berwarna hijau tua, tepi tidak
bergerigi. Bunga berwarna putih kekuningan dan bertangkai. Buah berbentuk
jorong kecil, bila tua akan pecah menjadi 4 keping. Bunganya berwarna putih
atau ungu dan berbunga sepanjang tahun. Buah yang dihasilkan berbentuk
memanjang sampai jorong, sedang bijinya berbentuk gepeng.
II.3 Klasifikasi Mencit (Musmusculus)
Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Class
: Mamalia
Subclass
: Cheria
Ordo
: Rhodentia
Famili
: Muridae
Genus
: Mus
Spesies
: Musmuscul
BAB III
METODE KERJA
III.1
AlatdanBahan
III.1.1
Alat yang digunakan
a.
Spoit oral
b. Timbangananalitik
c. Tissu
d. Kertassaring
e. Gelaspiala
f. Spidol
III.1.2
Bahan yang digunakan
a.
Aquadest
b. Infus Daun Sambiloto
c. Lodia
d. Mencit
e. Oleum Ricini
III.2 Cara
Kerja
III.2.1
Penyiapan hewan uji
a.
Dipilih hewan uji berupa mencit yang sehat, yang telah dipuasakan sebelum di uji
b.
Diberikan tanda pada ekor hewan uji dengan spidol yang tidak dapat menghilangkan tanda tersebut sesuai dengan replikasi dan perlakuan.
c.
Ditimbang hewan uji tersebut pada timbanganan analitik.
III.2.2
PenyiapanBahan
a.
Pembuatan sediaan obat (Loperamide / Lodia)
1) Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2) Diambil tablet, digerus halus lalu dilarutkan dengan suspense Na.CMC
b. Pembuatan infuse daun daun sambiloto
1) Disiapkan alat dan bahan yang akandigunakan.
2) Daun Sambiloto dipotong kecil-kecil kemudian ditimbang sebanyak 20 gram
3) Direbus daun
Sambiloto dan dilarutkan dengan air lalu dibuat infuse kemudian dicukupkan volumenya hingga 100 ml
III.2.3
Perlakuan terhadap hewan uji
a.
Ditimbang berat badan hewan uji mencit
b. Diberitanda hewan uji mencit dengan spidol
c. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian obat dan kontrol (air)
d. Dimasukkan kedalam mulut hewan uji dengan spoit oral secara perlahan-lahan, dipastikan obat masuk kedalam saluran pencernaan (bukan di paru-paru),
setelah obat sudah masuk ditarik perlahan-lahan spoit tersebut.
e. Setelah diberikan perlakuan, hewan uji dimasukkan kedalam baskom yang telah dilapisi dengan tissu.
f. Diamati hewan uji tersebut selama 1 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I Hasil Pengamatan
a.
Tabel Pengamatan
Pengamatan
|
Kolompok
|
Replikasi
Hewan Uji
|
BB
|
Dosis
|
Waktu
pengeluaran fases
|
Frekuensi
|
Konsistensi
|
Air
|
1
|
15
|
0,5
|
3 (lunak)
|
1
|
Lunak
|
2
|
17,2
|
0,5
|
2 (lunak)
|
1
|
Lunak
|
3
|
25
|
0,5
|
36, 37
(lunak), 56, 74, 75 (encer)
|
5
|
Encer
|
Infus
|
1
|
16
|
0,416
|
52, 54, 60,
61 (encer)
|
4
|
Encer
|
2
|
17,5
|
0,44
|
-
|
-
|
-
|
3
|
15
|
0,39 (0,4)
|
-
|
-
|
-
|
Lodia
|
1
|
25
|
0,3
|
-
|
-
|
-
|
2
|
25
|
0,3
|
-
|
-
|
-
|
3
|
32
|
0,42
|
58 (keras)
|
1
|
Keras
|
IV.II Pembahasan
Percobaan yang dilakukan pada praktikum ketujuh ini adalah efek diare dari suatu obat terhadap hewan uji atau mencit (Musmusculus). Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana frekuensi defekasi meningkat abnormal dari keadaan biasanya dengan feses berupa cairan.
Pada percobaan ini digunakan 9 hewan mencit. Prinsip dari percobaan ini adalah propilakti suatu pencegahan yang artinya hewan uji diberi obat antidiare terdahulu dan setelah itu diinduksi dengan oleum ricini. Antidiare yang diberikan dari kesembilan hewan uji berbeda, hewan uji yang ada tanda spidol III (garis)
sebanyak 1 mencit
dari tiga
kelompok kecil yaitu diberikan loperamid dengan nama dagang yang berbeda, untuk hewan uji yang diberi tanda spidol II (garis)
sebanyak 1 mencit dari tiga kelompok kecil diberikan infuse sambiloto, hewan uji yang diberi tanda spidol I (garis) sebanyak
1 mencit dari tiga kelompok kecil diberikan air. Dari kesembilan hewan uji ini diinduksi dengan oleum ricini sebanyak 0,5 ml.
Hasil pengamatan yang diperoleh tidak sesuai dengan teori, karena ada hewan uji yang meperlihatkan efek diare, dan hanya pada hewan uji yang diberi
obat Lodia dengan tanda spidol III (garis) dapat memberikan efek antidiare,
pada hewan uji yang diberi tanda spidol II (garis) yang diberikan infus
(rebusan daun sambiloto) hanya pada hewan uji yang beratnya 15 mengalami efek antdiare
dan pada hewan uji yang beratnya 16 dan 17,5 tidak memberikan efek antidiare,
sedangkan pada hewan uji yang diberi tanda spidol I (garis) dengan kontrol air
semuanya tidak memberikan efek antidiare.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
VI.1
Simpulan
Percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.
Sampel yang digunakan terhadap hewan uji mencit (Musmusculus) yaitu air, infuse, tidak memberikan efek antidiare namun
pada lodia dapat memberikan efek antidiare.
2.
Mekanisme terjadinya diare yaitu karena adanya rangsangan terhadap sarafotonom di dindinding usus sehingga mernimbulkan reflex mempercepat pristaltik usus yang dapat ditimbulkan oleh bakteri patogen, keracunan makanan atau merupakan gejala suatu penyakit.
VI.2
Saran
Diharapkan para praktikan hati-hati pada saat pemberian obat terhadap hewan uji agar tidak melukai hewan uji atau hewan percobaan yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
indijah, S,W,.
Nida, K 2006, Panduan Pratikum Farmakologi, Laboratorium Farmakologi, Jurusan
Farmasi Poltekkes Jakarta II
Penuntun
Pratikum Farmakolodi, Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi Poltekkes
Kesehatan Kemenkes Maakassar, Makassar
Sjarif Amir.
1995.Farmakologi dan Terapi.edisi 4.Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta.
Hal. 537-544..
Sjamsiah, S,
2001, Diare, Fakultas Farmasi Unair, Surabaya
Widjajanti.
Nuraini V. Dra.2002. Obat-obatan. Cetakan ke-10 Penerbit Kanisius
Yogyakarta.
LAMPIRAN
Diket
:
1.
Berat obat = 40 mg
2.
Konfersi = 0,0026
3.
Berat normal
rata-rata mencit = 20 mg
4.
Berat tertinggi
mencit = 32 g
5.
Volume rebusan = 200 ml
6.
Berat badan mencit =
a.
25 g (untuk lodia)
b.
15,59 g (untuk
infus)
c.
15 g (untuk air)
Perhitungan
:
Berat obat х Konfersi = mg / g
→
40 mg х 0,0026 = 0,104 mg
/ 20 g
→
х 0,104 mg / 20 g = 0,1664 mg / 32 g
= 0,4 mg
→
u/ Lodia =
х
1 ml = 0,26 ml
=
х
1 ml = 10 ml
→
u/ sambiloto = V x
Konfersi
=
200 ml x 0,0026
=
0,52 ml / g
Perhitungan dosis untuk hewan uji :
1. Lodia =
x V
=
x 0,26 ml =
0,37 ml
2. Infus =
x V
=
x 0,52 ml =
0,6 ml
3. Air =
x V
=
x 0,5 ml =
0,3 ml