farmakologi
MAKALAH
FARMAKOLOGI I
ANTIARITMIA
OLEH
:
ANCU
SUGIANTO
PO
: 713251141053
II
B
JURUSAN FARMAS
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR
2015
BAB
ISI
A.
PENGERTIAN
Aritmia jantung adalah masalah yang sering terjadi
dalam praktik klinis, yang timbul hingga 25% dari pasien yang diobati dengan
digitalis, 50% dari pasien-pasien yang dianestesi, dan lebiuh dari 80% pasien
dengan infarktus miokardium akut. Beberapa aritmia dapat memicu ganguan irama
jantng yang lebih serius atau bahkan gangguan irama yang mematikan misalnya,
depolarisasi ventrikuler premature yang dini dapat memicu timbulnya fibrilasi
ventrikuler. Pada pasien tersebut obat antiaritmia diduga dapat menyelamatkan
kehidupan. Sebaliknya resiko penggunaan obat aritmia dan khuisusnya kenyataan
bahwa obat tersebut (secara paradoksal) dapt memicu timbulnya aritmia yang
lebih fatal pada beberapa pasien telah menyebabkan peninjauan kembali resiko
manfaat relative penggunanya.
Aritmia disebabkan karena aktivitas
pacu jantung yang abnormal atau penyebaran impuls abnormal. Jadi, pengobatan
aritmia bertujuan mengurangi aktivitas pacu jantung ektopik dan memperbaiki
hantaran atau pada sirkuit reentry yang membandel ke pergerakan melingkar yang
melumpuhkan.
Sebagian besar aritmia terjadi karena abrasi
pembentukan impuls (otomatisitas yang abnormal) atau dari konduksi impuls yang
mempunyai kelainan.
B.
PATOSIOLOGI
1. Aritmia Supraventrikular
§ Fibrilasi Atrium atau Flutter Atrium
Fibrilasi
atrium dikarakterisasi dengan kecepatan yang ekstrim (400 sampai 600
denyut/menit) dan terjadi ketidakteraturan aktivasi atrium. Selain itu, pada
fibrilasi atrium juga terjadi kehilangan kontraksi atrium, dan impuls
supraventrikular masuk ke sistem konduksi atrioventrikular (AV) pada berbagai
tingkatan, yang menyebabkan aktivasi ventrikular tak teratur dan
ketidakteraturan denyut (120 sampai 180 denyut/menit).
Flutter
atrium dikarakterisasi oleh aktivasi atrium yang ceepat (270 – 330 denyut
atrium/menit) namun teratur. Respon ventrikular umumnya memiliki pola biasa dan
denyutnya 300 denyut/menit. Aritmia tersebut tidak sesering fibrilasi atrium,
tetapi memiliki faktor penyebab, konsekuensi, dan terapi obat yang sama.
Mekanisme
utama fibrilasi atrium dan fluter atrium adalah reentry, umumnya berhubungan
dengan penyakit jantung organik yang menyebabkan distensi atrium (misal :
iskemia atau infrak, penyakit jantung hipertensif, gangguan katup jantung).
Gangguan lain yang berhubungan adalah embolus pulmonari akut dan penyakit
paru-paru kronik hasilnya merupakan hipertensi pulmonar dan cor pulmonale
serta tingginya tonus adrenergik, seperti tirotoksikosis, reaksi putus obat
dari alkohol, sepsis, aktivitas fisik berlebihan.
§ Takikardia Supraventrikular Paroksismal yang
disebabkan Reentry
Takikardia
Supraventrikular Parosimal (PSVT) muncul karena mekanisme reentrant termasuk
aritmia yang disebabkan oleh reentry nodus AV, reentry yang
melibatkan jalur AV anomali, reentry nodus sinoatrium (SA), dan reentry
intra-atrium.
§ Takikardia Atrium Otomatik
Takikardia
atrium otomatik seperti takikardia atrium multifokal tampaknya berasal dari
fokus supraventrikular yang memiliki sifat otomatik meningkat. Beberapa
penyakit pulmonar menjadi penyebab gangguan pada 60 sampai 80% penderita
Gambar :
POTENSIAL AKSI
Gambar :
1.1
Patofisiologi Aritmia
Aritmia Karena Gangguan Pembentukan Impuls
a. Automatisitas Normal Berubah bisa terjadi pada SA, AV
dan His Purkinye
b. Pembentukan Impuls Abnormal yang dpt dibagi 2 :
1. Automatisitas abnormal
terjadinya depolarisasi diastolik
spontan pada nilai Vm yang lebih (+).
1.2
Penatalaksanaan
1. yang efektif pada aritmia supraventrikular ( biasa tjd
pd atrium or nodus AV )
ex :
adenosin i.v ; verapamil & digoksin
2. Obat yang efektif pada aritmia ventrikular
ex: likodain i.v
3. Obat yang efektif pada keduanya
ex:
amiodaron, sotalol, kinidin, disopiramid dan flekainid.
4. Aritmia yang berhubungan dengan kondisi stress diobati
dgn beta bloker.
Penanganan lain :
Implantasi Pacemaker
C.
SINUS
BRADIKARDI
a. Keluhan
1. Biasanya asymptomatic
2. Nyeri dada
3. Pusing sampai sinkop
b. Sign
denyut jantung 35-50 kali / menit.
c. Terapi umum :
1. Oksigen 2-3 l / menit.
2. Obat :
- Sulfas atropin 0,5 – 1 mg iv tiap 40 menit.
- Isoprenalin sebagai alternatif
d. Implan pacemaker.
D.
PENGERTIAN
ANTIARITMIA
Obat antiaritma adalah oabat yang dapat menormalkan
jantung (irama jantung). Antiaritmia adalah obat yang digunakan untuk
memperlambat detak jangtung yang terlalu cepat dan juga dapat mengubah irama
jantung tidak normal menjadi normal dan teratur.
Penyakit
yang dapat di sembuhkan dari obat antiaritma :
Adapun penyakit yang dapat di sembuhkan dari obat
antiaritma salah satunya adalah penyakit jantung atau ganguan pada ritme
jantung terutama ketidakaturan pada detak jantung, meliputi kondisi yang disebabkan
ketidaknormalan laju, keteraturan, atau urutan aktivasi jantung.
Penyakit ini desebabkan oleh Sebagian besar aritmia
terjadi karena abrasi pembentukan impuls (otomatisitas yang abnormal) atau dari
konduksi impuls yang mempunyai kelainan.
1. Otomatisitas
yang abnormal :
nodus
SA menunjukan kecepatan depolarisasi fase 4 tercepat dan karena itu,
memperlihatkan pengeluaran arus dengan kecepatan lebih tinggi dibandingkan yang
terjadi pada sel-sel pacemeker sebagai otomataisitas. Karena itu, nodus SA menetapkan
gerakan kontraksi myocard, dan pecemeker laten didepolarisasi oleh
impuls-impuls yang datang dari nodus SA. Tetapi, jika sisi jantung selain dari
nodus SA menunjukan otomatisasi tempat itupun dapat menghasilkan stimuli yang
kompetitif, sehingga terjadi aritmia. Otomatisasi abnormal dapat juga terjadi
jika sel-sel myocard rusak misalnya karena hipoksia atau gangguan keseimbangan
kalium. Sel-sel ini dapat sebagai depolarisasi tetap serjadilama diastole dan
karena itu, dapat mencapai nilai ambang letusan lebih awal daripada sel normal.
Loncatan otomatik abnormal dapat terjadi.
2. Efek
obat pada otomatisitas :
sebagian
besar obat-obat
antiaritmia menekan otomatisitas (1) dengan mengurangi kecuraman depolarisasi
Fase 4 (diastolik) dan/atau (2) meningkatkan nilai ambang lepasan terhadap voltse negatif yang lebihh rendah. Obat-obat ini menyebabkan penurunan loncatan frekuensi, suatu
efek yang lebih nyata pada sel-sel
pada pacemeker yang ektopik daripada sel-sel normal.
3. Abnormalitas
pada konduksi impuls :
impuls-impuls
dari pusat-pusat pacemeker yang lebih tinggi biasanya berjalan ke bawah saluran
yang membagi menjadi dua cabang untuk mengaktifkan seluruh permukaan ventrikel.
Suatu fenomena yang disebut reentry dapat terjadi jika blokade satu arah
disebabkan oleh kerusakan myocard atau periode refrakter yang terpanjang
menimbulkan saluran konduksi yang abnormal. Reentry adalah penyebab paling
sering untuk aritmia dan dapat terjadi pada segala tingkat sistem konduksi
jantung.
4. Efek
obat-obat pada kelainan konduksi :
obat-obat
antiaritmia menghambat reentry dengan memperlambat konduksi atau meningkatkan
periode refrakter yang diperlukan untuk mengubah hambatan tidak searah menjadi
blok dua arah.
Klasifikasi
dari obat Antiaritma
Obat-obat Antiaritma Spesifik :
Obat antiaritmia telah
lama dibagi atas empat golongan yang
berbeda atas dasar mekanisme kerjanya. Golongan I terdiri atas penghambat
saluran natrium, semuanya memiliki sifat seperti anestesi lokal. Golongan I
sering dibagi menjadi sub bagian tergantung pada kelangsungan kerja potensial;
Golongan IA memperpanjang, IB memperpendek, dan IC tidak mempunyai efek atau
dapat meningkatkan sedikit berlangsungnya kerja potensial. Obat yang mengurangi
aktivitas adrenalin merupakan Golongan II. Golongan III terdiri atas obat yang
memperpanjang periode refrakter efektif oleh suatu mekanisme berbeda daripada
hambatan saluran natrium.
Obat
Penghambat Saluran Natrium (golongan I)
1.
Kuinidin
(golongan IA)
Kuinidin
merupakan obat paling umum yang digunakan secara oral sebagai antiaritmia di
Amerika Serikat. Kuinidin menekan kecepatan pacu jantung serta menekan konduksi
dan ekstabilitas terutama pada jaringan yang mengalami depolarisasi. Kuinidin
bersifat penghambat adrenoseptor alfa yang dapat menyebabkan atau meningkatkan
refleks nodus sinoatrial. Efek ini lebih menonjol setelah pemberian intravena.
Biasanya diberikan peroral dan segera diserap oleh saluran cerna. Digunakan
pada hamper segala bentuk aritmia.
Contoh obat :
2. Prokainamid (golongan IA)
Efek elektrofisiologik prokainamid sama
seperti kuinidin. Obat ini mungkin kurang efektif pada penekanan aktivitas pacu
ektopik yang abnormal tetapi lebih efektif pada penghambatan saluran natrium
pada sel yang mengalami depolarisasi. Prokainamid mempunyai sifat penghambat
ganglion. Dengan konsetrasi teraupeutik, efek pembuluh darah perifernya kurang
menonjol daripada dengan kuinidin. Prokainamid aman diberiakan intravena dan
intamuskular serta diabsorbsi baik melalui oral dengan 75% keberadaan bilogik
sistemik.
Contoh
obat :
3. Disopiramid (golongan IA)
Disopiramid
fosfat erat hubungannya dengan isopropamid, obat yang telah lama digunakan
dengan sifat antimuskariniknya. Efek antimuskarinik terhadap jantung bahkan
lebih jelas daripada kuinidin. Karenannya, obat yang memperlambat hantaran
atrioventrikular harus diberikan bersama-sama dengan disopiramid pada
pengobatan kepak serambi atau fibrilasi atrium.
Contoh
obat :
4. Amiodaron (golongan I,II,II, dan IV)
Sangat
efektif terhadap bermacam-macam aritmia, tetapi efek samping yang menonjol dan
sifat farmakokinetik yang tidak biasa menyebabkan penggunaannya dibatasi di
Amerika Serikat.
Contoh obat :
5. Tokainid
dan Meksiletin (golongan IB)
Tokainid
& Meksiletin adalah turunan lidokain yang tahan terhadap metabolisme hati
pada lintasan pertama. Karena itu dapat digunakan melalui oral. Kedua obat
menyebabkan efek samping neurologik, termasuk tremor, penglihatan kabur, dan
letargik.
Contoh obat : Meksiletin
6. Flekainid
(golongan IC)
Flekainid adalah
penghambat saluran natrium yang kuat terutama digunakan untuk pengobatan
aritmia ventricular. Flekainid dipakai sebagai cadangan mutakhir untuk pasien
takiaritmia ventricular yang berat dengan resiko rasio manfaat lebih
menguntungkan.
Contoh
obat :
Obat-obat Penghambat Adrenoseptor
Beta (golongan II)
Propanolol
dan obat sejenisnya mempunyai sifat antiaritmia karena kemampuannya sebagai
penghambat reseptor beta dan efek terhadap membrane secara langsung.
Obat-obat yang
memperpanjang periode refrakter efektif dengan memperpanjang aksi potensi
(golongan II) :
1. Bretilium
Obat
ini mempengaruhi pelepasan ketekolamin saraf tetapi juga mempunyai sifat
sebagai antiaritmia secara langsung. Bretilium memperpanjang masa kerja
potensial ventrikel (bukan atrium) dan efektif terhadap periode refrakter.
Jadi, bretilium dapat mengubah pemendekan masa kerja potensial yang disebabkan
oleh iskemik. Efek samping utama adalah hipotensi ortostatik. Mual dan muntah
dapat terjadi setelah pemberian intravena bolus bretilium. Bretilium hanya
digunakan untuk keadaan gawat darurat.
Contoh obat :
2. Sotalol
Adalah
penghambat kerja beta nonselektif yang juga memperpanjang masa kerja potensial
dan merupakan obat antiaritmia yang efektif.
Contoh obat :
3. Verapamil
Mengahmbat
saluran kalsium baik yang aktif maupun yang tidak aktif. Jadi, efeknya lebih
jelas pada jaringan yang sering terangsang, yang berpolarisasi kurang lengkap
pada keadaan istirahat, dan aktivitasnya hanya tergantung pada aliran
kalsium, seperti nodus sinoatrial dan atrioventrikular.
Contoh obat :
4. Diltiazem
dan Bepridil
Obat ini
tampak sama manfaatnya dengan verapamil pada penanggulangan aritmia
supraventrikular, termasuk control kecepatan pada fibrilasi atrium.
Contoh obat : Bepridil HCL Diltiazem HCL
Berbagai Macam Obat-obat Antiaritmia :
1. Adenosin
Adalah nukleosid yang berada di seluruh tubuh secara alamiah.
Adenosine menyebabkan muka merah pada kira-kira 20% pasien dan pernapasan
singkat atau dada seperti terbakar lebih dari 10%.
Contoh obat :
Adenosin
merupakan nukleosida purin yang terbentuk dari pemecahan adenosin trifosfat
(ATP). ATP merupakan sumber energi utama dari sel untuk sistem transpor dan
banyak enzim. Kebanyakan ATP diubah menjadi ADP, yang akan dihidrolisis lebih
jauh menjadi AMP. Banyak ADP dan AMP di refosforilasi dalam mitokondria dengan
menggunakan enzim dengan bantuan oksigen. Jika banyak ATP yang dihidrolisis dan
tidak terlalu banyak oksigen, maka beberapa AMP akan diubah menjadi adenosin
menggunakan enzim.
2. Magnesium
biasanya
digunakan untuk pasien aritmia yang disebabkan oleh digitalis yang mengalami
hipomagnesemia, infuse magnesium telah ditemukan mempunyai efek antiaritmia
pada beberapa pasien yang mempunyai kadar magnesium normal.
Contoh
yang mengandung magnesium :
3. Kalium
Efeknya dapat disimpulkan :
Ø
Kerja depolarisasi potensial istirahat
Ø
Kerja potensial membrane yang
menstabilkan
Contoh obat :
Prinsip Penggunaan Klinik Obat-obta Antiaritmia :
Kemungkinan
pengobatan dengan berbagai obat menjadi efektif tergantung pada hubungan antara
dosis obat yang dibutuhkan guna menghasilkan efek terapi yang diinginkan dan
dosis obat yang berhubungan dengan toksisitas. Manfaat pengobatan antiaritmia
sebenarnya secara relative sukar dibuktikan. Berbagai ketentuan penting yang
harus dibuat sebelum memulai pengobatan berbagai antiaritmia : Berbagai factor
yang menyebabkan aritmia harus disingkirkan.
Diagnosa
aritmia harus dibuktikan dengan tegas. Penting untuk membuktikan dasar yang
dapat dipercaya lalu menilai keuntungan berbagai penanggulangan pengaruh
aritmia.
Hanya dengan identifikasi irama jantung yang abnormal tidak selalu butuh pengobatan aritmia.
Hanya dengan identifikasi irama jantung yang abnormal tidak selalu butuh pengobatan aritmia.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda